Wednesday, June 24, 2020

BUMI DI WARISANKAN KEPADA ORANG2 KU YANG SOLEH

.

أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ.

Terjemahan: Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh.
( Al Anbia 21:105 )

Allah telah menurunkan kitab kepada para Rasul, seperti Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur’an. Dalam kitab-kitab itu diterangkan bahwa bumi ini adalah kepunyaan Allah, diwariskan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Allah telah menetapkan juga dalam ayat ini, bahwa hamba-hamba yang mewarisi bumi itu ialah hamba-hamba yang sanggup mengolah bumi dan memakmurkannya, selama dia mengikuti petunjuk Allah.

Jika diperhatikan sejarah dunia dan sejarah umat manusia, maka orang-orang yang dijadikan Allah sebagai penguasa di bumi ini, ialah orang-orang yang sanggup mengatur dan memimpin masyarakat, mengolah bumi ini untuk kepentingan umat manusia, sanggup mempertahankan diri dari serangan luar dan dapat mengokohkan persatuan rakyat yang ada di negaranya.

Pemberian kekuasaan oleh Allah kepada orang-orang tersebut bukanlah berarti Allah telah meridai tindakan-tindakan mereka; kerana kehidupan duniawi lain halnya dengan kehidupan ukhrawi. Ada orang yang bahagia hidup di akhirat saja, dan ada pula yang bahagia hidup di dunia saja. Sedangkan yang dicita-citakan seorang muslim ialah bahagia hidup di dunia dan di akhirat.

Apabila orang muslim ingin hidup bahagia di dunia dan akhirat, mereka harus mengikuti Sunnatullah di atas, yaitu taat beribadah kepada Allah, sanggup memimpin umat manusia dengan baik, sanggup mengolah bumi ini untuk kepentingan umat manusia, menggalang persatuan dan kesatuan yang kuat di antara meraka sehingga tidak mudah dipecah belah oleh musuh.

( Gambar hiasan )

Thursday, June 11, 2020

Renungan di saat dunia pancaroba…

Kalau kamu punya seorang saja yang kamu benci,
itu sudah terlalu banyak…
Kalau kamu punya sejuta orang yang kamu sayang,
itu masih terlalu sedikit…
Nikmatilah hidupmu dengan saling menyayangi dan bersangka baik dengan orang lain. Karena sesungguhnya Allah itu Ar Rahman. DIA Maha Pemurah sekalipun kepada orang yang menderhakai- Nya.
Jangan hancurkan hidupmu dengan membenci dan bersangka buruk terhadap orang lain. Karena sesungguhnya Allah itu Al Alim. DIA Maha Mengetahui sekalipun apa yang terlintas di dalam hatimu.
Kalau kakimu sakit bersabarlah.
Karena kesakitan itu hanya berbahaya untukmu di dunia
Tapi kalau hatimu sakit segeralah sembuhkan.
Karena sakit hatimu itu bisa merusak hidupmu di dunia dan di Akhirat
Benci, sakit hati, hasad dengki, sangka buruk itu seperti api dalam sekam.
Bisa membakar seluruh hidupmu tanpa kau sedari

Saturday, June 6, 2020

YANG BIASA DAN LUAR BIASA




1. Sembahyang
Yang biasa
Ramai dari kita yang sembahyang. Yang biasa, kita sembahyang apabila telah masuk waktu. Yang kerap berlaku juga, sembahyang kita di akhir waktu. Mungkin pepatah orang putih Better late than never menjadi pegangan kita. Inilah golongan yang hanya tahu dirinya hamba tapi tak rasa hamba.
Luar biasa
Orang yang selalu menunggu-nunggu waktu untuk sembahyang. Seperti seorang yang sangat merindukan pertemuan dengan kekasihnya. 15 minit sebelum azan, dia dah duduk di tikar sembahyang. Kalau begitu, sahihlah dia orang luarbiasa .
2. Sedeqah
Biasa
Kalau kita sedekah, kita mahu seluruh dunia tahu. Kalau tak panggil press, sekurang-kurangnya, kita bercerita pada orang. Kita mahu orang tahu kita pemurah. Agaknya kita memang tak nak pahala sebab hanya sedeqah yang ikhlas akan dibalas oleh Tuhan.
Luarbiasa
Apabila bersedekah, kita lebih suka melakukan secara sembunyi. Ibarat kata, tangan kanan sedekah, tangan kiri pun tak tahu. Yang penting bagi kita ialah membantu meringankan kesusahan orang. Itu pun kita bimbang juga kalau-kalau dalam hati ada rasa riyak atau takjub dengan diri sendiri. Sedangkan kita berharap dengan banyak bersedekah, akan turun rahmat serta ampunan Tuhan.
3. Berjaga malam
Biasa
Kita biasa berjaga malam. Sama ada untuk tengok bola sepak piala dunia, atau melayan VCD terbaru. Yang lebih teruk, kalau malam dihidupkan dengan berhibur di pusat-pusat hiburan.
Luarbiasa
Malam kita dihidupkan dengan pelbagai ibadah dan amalan. Ketika orang lain lena dibuai mimpi, kita meninggalkan tilam empuk untuk bertahajud dan menghisab diri. Bagi kita, kesepian malam adalah saat paling sesuai untuk kita merayu kasih sayang Tuhan, Pencipta kita. Memohon keampunan, rahmat dan nikmat dari-Nya. Ini malam para nabi dan para wali. Kalau kita konsisten beribadah malam, memang kita ikut tradisi orang-orang yang luar biasa.

4.
Kerja
Biasa
Kita cukup berbangga bila berjaya di dalam sebarang kerja. Sama ada dalam kerjaya, pelajaran mahupun bila dapat buat banyak amal ibadah. Kita rasa, kalau tak kerana otak kita yang genius, atau kerja kuat kita, tentu kita gagal. Sebab itu kita mudah pandang rendah pada orang yang kurang upaya atau kurang berjaya. Walaupun kita ucapkan alhamdulillah, tapi di hati kecil kita tak rasa apa yang berlaku, Tuhan punya kuasa.
Luarbiasa
Bila kita dapat rasakan segala yang kita miliki adalah dari Tuhan. Kita sangat yakin bahawa kekayaan, pangkat dan kelulusan tidak akan kita nikmati kalau tidak dengan izin Tuhan. Makin banyak nikmat yang kita dapat, makin tinggi rasa kehambaan. Bimbang dan cemas kalau-kalau kita tidak mampu berterima kasih kepada Tuhan sehingga tersilap menggunakan nikmat dari-Nya. Makin banyak ibadah pula, makin takut dengan Tuhan . Luar biasalah jika manusia dapat merasakan dirinya hanya hamba Allah yang tidak memiliki apa-apa.

Thursday, June 4, 2020

Bagaimana Menjadikan Kehidupan Dunia Bernilai Akhirat




Hadis Rasulullah SAW ada menyebutkan:
“Kebaikan itu adalah bukan orang yang mengambil dunia tapi meninggalkan Akhirat dan yang mengambil Akhirat meninggalkan dunianya.”
Hadis lain menyebut:
“Tidak dianggap orang yang meninggalkan dunianya karena Akhirat, dan tidak juga orang yang meninggalkan Akhirat yang karena dunianya sehingga sekaligus mendapatkan kedua-duanya.” (Riwayat Ibnu Asakir)

Karena ada Hadis yang menyebutkan seperti itu, maka lumrahlah jika orang berkata termasuk orang yang cinta dan bergelimang dengan dunia. Bahkan semua golongan mengatakan tentang ini. Maklumlah manusia mudah cenderung pada dunia, apa lagi bila ada hujah dan dalilnya, jadi ada alasan yang mengesahkan mereka untuk memburunya tanpa memikirkan pedoman dan ‘guideline‘nya. Mereka buru dunia semau-maunya. Tidak perduli dengan cara apapun dan bagaimanapun.
Di antara perkataan yang selalu kita dengar dan baca baik di arena dakwah, di majelis-majelis ceramah, di arena politik, di dalam majlis-majlis pengajian, dan juga melalui TV, surat khabar, majalah dan lain-lain, seperti berikut:
  • “Dunia kita kehendaki, Akhirat pun kita kehendaki.”
  • “Janganlah tinggalkan dunia karena Akhirat. Begitulah juga jangan tinggalkan Akhirat karena dunia. Tuhan menyuruh kita mengambil kedua-duanya sekalian, yaitu dunia dan Akhirat.”
  • “Akhirat memanglah kita tidak dapat nafikan, tapi kita tinggal di dunia sekarang, maka kita juga harus memikirkan tentang dunia.”
  • “Akhirat, Akhirat juga, dunia, dunia juga. Jangan lupakan kedua-duanya.”
  • “Kalau kita tidak punya harta dunia, Akhirat kita pun tidak sempurna.
  • “Habis bagaimana hendak berzakat, kalau kita tidak ada harta?”
  • “Kalau kita tidak ada harta, bagaimana hendak naik haji.”
  • “Bagaimana hendak membuat kebaikan, kalau tidak ada duit.”
  • “Ambillah dunia, tapi jangan sampai lupa Akhirat.”
  • “Dia itu asyik ibadah saja, apa yang hendak dimakan anak isterinya?”
  • “Ibadah, ibadahlah. Bekerja juga harus untuk mencari rezeki.”
  • “Siapa hendak memberi makan anak isteri?”
  • “Dia itu mengambil keduanya, dunia dia buru, Akhiratpun juga dia buru.”
  • Ada yang berkata lebih hebat lagi dan mengherankan kita, ” Dia itu walaupun penari atau pelacur tapi dia sembahyang.”
Inilah di antara kata-kata yang kita dengar yang diucapkan oleh orang kampung sampai dengan orang kota, pendakwah, guru, alim ulama, penceramah, ahli-ahli politik, ahli-ahli ekonomi, pembesar-pembesar dan lain-lain lagi. Apabila kita ambil sekalian kedua-duanya, barulah seimbang, kata mereka.
Bagi orang yang gila dunia, perkataan-perkataan seperti tadi sudah cukup memuaskan dan sudah memadailah untuk dijadikan hujah dan dalil untuk memburu dunia tanpa lagi memikirkan bagaimana caranya, bagaimana syarat-syaratnya, bagaimana cara mengambil sekalian kedua-duanya.
Bagi mereka percakapan yang seperti itu sudah dapat memuaskan hati. Tidak ada yang menyalahkannya. Maka mereka buru dunia dengan tidak berfikir halal dan haram. Tidak memikirkan mana cara yang benar dan bagaimana cara yang dibenarkan. Yang penting lakukan apa saja asalkan bisa mendapat keuntungan.
“Tuhan kan menyuruh kita mencari kekayaan? Asal jangan tinggalkan sembahyang!”
“Bulan puasa, kita puasa.”
“Sampai waktunya nanti, kita naik haji cukuplah.”
Bagi orang yang ingin mencari kebenaran tapi juga menginginkan kedua-duanya, itu masih keliru. Ucapan-ucapan itu masih bersifat umum. Mereka masih bingung karena huraiannya tidak ada. Tidak bisa dengan begitu saja. Harus ada cara-caranya. Harus ada syarat-syaratnya. Harus ada panduannya. Akhirat itu Akhirat yang bagaimana? Dunia pun dunia yang bagaimana. Itulah pendirian orang yang ikhlas yang ingin cari kebenaran. Mereka tidak menolak pandangan yang berpendapat bahwa dunia Akhirat itu seharusnya diambil sekalian kedua-duanya. Tapi perbincangan seperti itu, untuk mereka masih belum bisa untuk dijadikan tindakan. Takutnya nanti jatuh ke dalam kesalahan. Mereka mau ada penjelasan. Mereka mau ada panduan. Mereka memerlukan uraian/penjabaran yang jelas Jika mengambil keduanya secara melulu (terburu-buru/gegabah), itu bukan ajaran Islam. Islam mempunyai peraturan mengenai kedua-duanya. Islam adalah ajaran yang indah, selamat menyelamatkan. Kalau mengambil kedua-duanya harus ada caranya. Bila dalam melaksanakannya menyenangkan. Tidak ada was-was lagi. Kalau kita ingin menganalisa dan membaca keinginan-keinginan mereka yang tersirat dari hasil percakapan mereka seolah-olah mereka mengambil dunia atau Akhirat itu, yaitu mengambil kedua-duanya sekaligus ialah:
“Kita cari dunia sebanyak-banyaknya, tidak usah fikir halal dan haram. Tidak usah fikir bagaimana caranya. Lakukanlah apa saja dan buatlah cara apapun asalkan bisa mendapat keuntungan. Tapi jangan tinggal sembahyang, puasa, zakat, naik haji bila mampu. Itulah yang dimaksudkan dengan kehendak Hadist itu. Yaitu dunia harus dibuat, Akhirat pun mesti dibuat. Kita cari dunia tapi agama jangan ditinggalkan. Carilah kekayaan, buatlah kemajuan. Buatlah pembangunan tapi jangan tinggal sembahyang dan yang lain-lain seperti yang telah disebutkan tadi.”
Kalau kita terima begitu saja pandangan mereka itu, itu sangat berbahaya. Dia keliru dan mngelirukan. Nanti kita akan terjatuh ke lembah kesesatan. Memang kita disuruh mengimbangkan di antara dunia dan Akhirat. Atau kita memang menerima bahkan wajib menerima bahwa dunia dan Akhirat itu harus seimbang, atau agama dan dunia mesti seimbang. Kalau tidak seimbang di antara dunia dan Akhirat atau agama dan dunia, berarti kita akan terjebak kepada kesalahan dan kehilafan yang besar. Pada waktu itu agama akan rusak, dunia juga akan rusak. Kalau dunia akan rusak, Akhirat lebih-lebih lagi akan rusak. Oleh sebab itu keseimbangan di antara kedua-duanya amat diperlukan sekali.
Contohnya pada badan manusia saja , kalau keperluan makan minum tidak seimbang, yaitu jenis-jenis apa saja yang dimakan untuk keperluan dan kesehatan tubuh dan badannya, niscaya badan tidak akan sehat. Dia akan menjadi masalah pada badan. Badan akan berpenyakit. Mungkin bermacam-macam penyakit akan menyerangnya.Begitu jugalah keseimbangan di antara dunia dengan Akhirat atau di antara agama dengan dunia harus ada. Kalau tidak, pasti akan terjadi kerusakan.
Kalau tidak terjadi pada kedua-duanya sekalian, maka akan terjadi salah satunya. Oleh sebab itu keseimbangan itu perlu diperjuangkan di antara dunia dan Akhirat agar dunia selamat, Akhirat pun selamat.
Memang agama Islam itu, kalau dapat difahami dan mampu mengamalkannya, dia akan membawa pada keselamatan dunia dan Akhirat. Di sinilah keistimewaan ajaran Islam yang tidak ada pada agama lain.
Apabila kita telah dapat menerima bahawa dunia Akhirat mesti seimbang atau agama dan dunia itu mesti seimbang, bagaimana hendak mengimbangkannya? Apa maksud dari seimbang di antara dunia dan Akhirat? Apakah maksud seimbang di sini? Kalau menurut ukuran bilangan, kalau satu sama-sama satu. Kalau dua, sama-sama dua. Atau kalau ia jenis yang dapat diukur untuk dibagi seimbang, kalau satu kaki itu hendaknya kita bagi sama-sama enam inci. Atau kalau dua orang yang berkongsi dagang, mereka mengeluarkan modal yang sama banyaknya, kemudian apabila mendapat untung dua ratus rupiah, maka hendaknya setiap orang mendapat seratus rupiah? Atau kalau barang yang akan ditimbang yang beratnya satu kg maka batu timbangannya harus satu kg juga beratnya. Barulah ia seimbang. Ya! Kalau terjadi kepada benda sama benda. Jenisnya sama seperti yang disebutkan di atas tadi, yang sama jenis maka kita bisa dan dapat menerimanya.
Kalau ukuran panjang, akan di bagi, maka haruslah sama panjangnya. Jangan sampai ada yang lebih, ada yang kurang. Dia jadi tidak seimbang. Kalau jenis timbangannya sama beratny, Begitulah seterusnya.
Kemudian, apakah yang dimaksud dengan seimbang di antara dunia dan Akhirat, atau di antara agama dengan dunia itu seperti ukuran benda-benda tadi? Kalau kita kata ya, tanggapan itu adalah satu kesalahan atau kehilafan, karena kedua persoalan yang hendak diseimbangkan ini tidak sama sifatnya. Dunia adalah alam syahadah atau alam benda atau alam fisik. Sedangkan Akhirat adalah alam ghaib yang waktunya tidak terbatas. Alam
syahadah yaitu dunia ini waktunya terbatas atau ada keakhirnya.
Agama, ia bersifat maknawiyah dan rohaniah sedangkan dunia bersifat maddiah yaitu fisikal dan material. Maknawiah dan rohaniah dapat ditangkap dan dirasakan oleh akal dan jiwa atau roh, sedangkan dunia yang bersifat maddiah itu dapat dirasa oleh mata dan sentuhan lahir. Dia bersifat hissiah, dan kalau begitu kedudukannya, kedua-duanya tidak sama. Satu bersifat material atau maddiah dan yang satu lagi bersifat maknawiah dan rohaniah. Dua perkara ( persoalan) yang tidak sama ini akan diseimbangkan, mana yang dapat digunakan dengan mengikut hukum logik atau mana yang dapat diukur menggunakan teori ilmu akal atau ilmu mantik. Kalau kita lakukan juga, ini sangat tidak tepat. Dia merupakan satu kesalahan yang besar. Satu kesilapan yang akan berakibat pada kerusakan yang besar sekali. Dia akan merusakkan peranan agama itu sendiri.
Oleh sebab itu kalau hendak mengimbangkan di antara dunia dengan Akhirat atau di antara agama dengan dunia, harus berhati-hati. Pada dunia ada campur tangan manusia, tapi agama, manusia tidak dapat campur tangan langsung. Dia adalah hak mutlak Allah Taala. Oleh sebab itu sekali lagi saya katakan berhati-hatilah.
Karena demikian itu maka disini apakah yang dimaksud dengan seimbang ? Dan bagaimana hendak menyeimbangkannya di antara dua persoalan yang berlainan sifatnya itu? Adakah ia berbeda di antara satu sama lain? Atau satu sama lain itu terserap menjadi satu? Kalau kedua-duanya bersifat material atau fisikal tentu dapat dilihat. Tapi satu bersifat material, kelihatan dan bisa dirasakan dan satu lagi bersifat maknawiah dan rohaniah, tidak kelihatan oleh mata dan tidak dapat dirasa oleh sentuhan karena dia bukan bersifat hissiah. Kalau kelihatan atau dapat dilihat maka mudah dan suka untuk menyukat (membedakan) sejauh mana yang dikatakan seimbang itu.
Pada pandangan dan pendapat saya, arti seimbang di antara dunia dan Akhirat atau di antara agama dengan dunia itu ialah, setiap usaha atau perjuangan yang akan dibangun baik bersifat material maupun fisikal, seperti bidang pembangunan, ekonomi, kebudayaan, militer, pertanian, perhubungan dan lain-lain lagi, hendaklah Islam sebagai panduan pendisiplinnya atau dia tidak bisa lari dari keterikatannya dengan tauhid dan syariat Islam atau Islam menjadi penyelarasnya.
Sebagai contoh:
Pertama: Niat.
Niat membangun projek atau tujuan projek itu dibuat hendaklah karena Allah Taala, yang mana Allah Taala menyuruh membuat untuk kepemimpinan manusia.
Kedua:
Persoalan yang hendak dilakukan itu memang dibenarkan atau diwajibkan oleh Islam seperti membuat jalan raya atau bangunan kantor . Bukan bangunan tempat judi atau tempat arak atau diskotik tempat bergaul bebas antara laki-laki dan perempuan.
Ketiga:
Pelaksanaannya harus betul. Seperti duitnya dari hasil yang halal, tidak boleh terjadi korupsi di situ atau bahan-bahannya harus dari yang halal.
Keempat:
Membangun projek itu jangan sampai meninggalkan ibadah yang asas yaitu jangan sampai tertinggal atau mengabaikan Rukun Islam yang lima. Terutama sholat lima waktu. Artinya janganlah karena membangun, sampai meninggalkan sholat.
Kelima:
Dipergunakan secara betul seperti digunakan untuk kantor, tempat sholat, tempat pendidikan, tempat pertemuan, benteng pertahanan, untuk menerima tamu, tempat perdangan dan lain-lain yang jelas tidak bertentangan dengan Islam.
Lima syarat tadi itulah agamanya atau Islamnya atau Akhiratnya. Dia telah menjadi pendisiplin di dalam membangun dunia tadi, yaitu projek itu. Maka pada dunia tadi ada Akhiratnya, yaitu lima syarat itu. Dunia tadi telah ‘beragama’ atau dengan kata-kata lain projek-projek dunia tadi telah jadi Islam atau telah di-Islamkan, karena projek yang bersifat dunia itu telah memenuhi syarat-syarat yang Islam kehendaki.
Kalau begitulah keadaannya, projek-projek tadi telah menjadi dunia dan Akhirat. Itulah juga agama, dan itu juga dunia.Yang berusaha membangun projek itu mendapat dua keuntungan, yaitu keuntungan dunia dan keuntungan Akhirat. Dunia pun menjadi maju, karena projek tadi dapat dimanfaatkan di dunia. Dan dapat keuntungan Akhirat, karena mengikut lima syarat itu diberi pahala di Akhirat dengan Syurga, yaitu untung yang maha besar lagi kekal abadi.
Jadi seandainya kita faham ajaran Islam dan tidak buruk sangka dengannya dan mau bersungguh-sungguh mengamalkannya dan kita jadikan Islam sebagai pengawal, maka apa lagi yang hendak ditakutkan dengan Islam.
“Nanti kalau ikut Islam mundur, kita akan ketinggalan, kita tidak maju.” Fikiran seperti ini seharusnya tidak timbul, kalau kita mengikut ajaran Islam, dunia yang kita bangun itu benda juga. Itul juga yang hendak jadi dunia sahajakah, atau itu jugalah yang hendak jadi kedua-duanya sekaligus yaitu dunia dan Akhirat, atau agama dan dunia.
Apabila lima syarat tadi jadi pendisiplin, maka usaha kita itu walau di bidang yang manapun ia menjadi dunia Akhirat, atau agama dan dunia. Bukan terpisah. Bukan terasing seperti yang banyak difaham oleh umat Islam selama ini, maka seimbanglah sudah di antara dunia dan Akhirat atau agama dengan dunia.
Jika sekiranya lima syarat tadi tidak diperdulikan, usaha kita itu jadi dunia semata-mata. Kalau pun tidak ada unsur- unsur yang menyebabkan kita berdosa tapi sayang dan rugilah usaha kita itu tidak mendapat pahala apa-apa. Hanya mendapat untung di dunia saja. Tidak sampai mendapat keuntungan di Akhirat. Maka tidak seimbanglah usaha kita itu. Hanya jadi dunia semata, tidak mendapatakan Akhirat.
Oleh karena demikian maka timbul, ambil dunia tinggal akhirat, ambil Akhirat, tinggal dunia. Sedangkan persoalannya satu, kecuali ibadah asas. Apa yang saya katakan itu cukuplah saya datangkan satu contoh. Kalau kita faham, kiaskanlah saja usaha-usaha dan perjuangan kita itu di aspek-aspek yang lain.

Wednesday, June 3, 2020

KHAZANAH HATI




السلام عليكم ورحمة الله تعالى وبركاته .. بسم الله الرحمن الرحيم .. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وازواجه وذريته واهل بيته واصحابه وعلينا اجمعين.. اللهم أنزل الرحمة والمغفرة والسلامة على أبوى واله وخلفاءه وازواجه واولاده ومن نصره إلى يوم الدين ....أمين يا رب العا لمين 🤲🏻


Abuya Syeikh Imam Ashaari At tamimi


Hati adalah merupakan gudang atau khazanah.

Orang yg beriman yang cintakan Allah dan takut dengan-Nya

Ini adalah merupakan khazanah yang tersimpan
Di dalamnya isi-isinya intan, berlian, mutiara, emas dan perak mahmudah.

Orang yang tidak beriman atau lemah iman
Hati merupakan gudang yang tersimpan najis mazmumah yang rohaniah

Makin orang itu dewasa semakin penuh dengan najis-najis
mazmumah yang bersifat rohaniah

Yang sudah matang akan meledak muntah
Najis rohaniah inilah yang selalu melimpah ruah

Melalui anggota lahir, yang musnah
Kadang-kadang melilih melalui lidah,

Ramai orang susah, ada orang terhina, ada yang  kena fitnah

Adakalanya mengalir melalui matanya, maka jadilah mata keranjang
Dan mencari kesalahan orang

Tidak kurang pula mengalir melalui otak, untuk merosakkan agama,
bangsa dan negara
Haru-birulah bangsa dan negara dibuatnya
Tergugatlah kestabilan negara

Jika najis mazmumah itu mengalir,
ramai orang kena lempang, rumah terbakar

Bom meledak yang memusnah dan merosak

Orang kena rompak, orang kena tembak, bank dirompak, rasuah banyak.

Kalau keluar mazmumah itu di tempat alat kelamin
Berlakulah rogol dan zina

Seolah-olah gudang tadi adalah gunung berapi yang aktif

Yang sering memuntahkan lahar yang memusnah dan merebak
Menyakitkan dan membunuh binatang dan manusia
di mana-mana sahaja

Merosakkan harta benda dan khazanah negara

Bahkan najis, mazmumah rohaniah ini lebih bahaya
dari gunung berapi yang meledak

Gunung berapi meledak sekali-sekala sahaja

Tapi ledakan najis mazmumah ini
Setiap waktu dan ketika tidak kira di mana saja

Kerosakan dan kemusnahan setiap hari berlaku, tiada  rehat-rehatnya

Hinggakan bahayanya manusia tidak dapat hidup didalam keadaan aman,
damai, harmoni dan bahagia

 AfT ... ابوي
6 .1 .03        
Menjelang Zuhur

Monday, June 1, 2020

BERJUANG MENGIKUT JALAN TUHAN



 Abuya Syeikh Imam Ashaari At tamimi

السلام عليكم ورحمة الله تعالى وبركاته .. بسم الله الرحمن الرحيم .. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وازواجه وذريته واهل بيته واصحابه وعلينا اجمعين..  اللهم أنزل الرحمة والمغفرة والسلامة على أبوى واله وخلفاءه وازواجه واولاده ومن نصره إلى يوم الدين ....أمين يا رب العا لمين 🤲🏻

Marilah kita berjuang,
berjuang mengikut jalan Tuhan, berjuang supaya Tuhan dikenali dan dibesarkan, berjuang agar Tuhan disembah, supaya Tuhan ditakuti dan dicintai oleh insan

Siapa melakukannya, besar sekali pahalanya

Marilah kita berjuang,
membela bangsa yang lemah, yang lemah iman, yang lemah kerana tidak ada kuasa, yang lemah kerana miskin, yang lemah kerana terbiar tidak ada pembelaan 

Membela mereka ada caranya dan pendekatannya

Pertama ,
Mengikut jalan Tuhan, iaitu mengenalkan Tuhan untuk Tuhan, cara Tuhan, agar Tuhan disembah dan dibesarkan

Kedua ,
Meminta Tuhan datangkan pemimpin yang ditunjuk oleh Tuhan

Ketiga ,
Meminta adanya pembantu- pembantu dari Tuhan (orang Tuhan) pengikut pemimpin dari Tuhan

Begitulah orang mukmin berjuang, berjuang membela manusia (bangsa) mengikut jalan Tuhan sudah ditentukan

Membela bangsa, tidak mengikut jalan Tuhan, ertinya mengikut jalan syaitan

Membela bangsa, tidak ikut jalan Tuhan, tidak akan diberi kemenangan dan kejayaan

Bahkan, semakin gigih berjuang, semakin terhina dan kecundang

Kalau Tuhan beri juga kemenangan, kemenangan secara istidraj dan penipuan, bukan secara keredhaan Tuhan

Kemenangan bukan keredhaan, akan membawa kerosakan, macam mereka yang sebelum dikalahkan

Akan berlaku membalas dendam, akan berlaku penzaliman, akan berlaku rebutan, akhirnya akan berlaku jatuh- menjatuhkan

Itulah dia, panduan berjuang bagi orang mukmin dari Tuhan

Jadi! 

Berjuang bukan sekadar berjuang, berjuang bukan asalkan berjuang, ianya ada panduan dari Tuhan

Berjuang membela atas dasar Tuhan, bukan atas dasar bangsa dan dendam

Oleh itu, berjuang elakkan rasa marah dan dendam, berjuang jangan jadi kasar dan militan, berjuang jangan menganiaya dan menzalim, berjuang hendaklah kenalkan Tuhan, agar ia disembah dan dibesarkan

Berjuanglah, tapi membawa kasih sayang dan suka memaafkan

Itulah berjuang yang disukai oleh Tuhan

Pahalanya besar, jika mati mendapat syahid dan dapat keredhaan Tuhan

AfT.. ابوى
2 Feb 2004
Menjelang tidur