Suatu hari, Siti Aisyah RA, istri Rasulullah SAW ditanya oleh seseorang: “Wahai Aisyah! Bagaimanakah akhlak Rasulullah SAW?” Aisyah RA menjawab: “Akhlak Rasulullah SAW adalah Al Qur’an.”
Kisah ini mengandung makna bahwa
Rasulullah SAW meletakkan pribadinya kepada Al Qur’an. Perilaku
Rasulullah SAW sejak kecil sudah menampakkan sifat-sifat yang luar biasa
terpuji. Karena itu, pantaslah dalam Al Qur’an Allah SWT memujinya
sebagai ‘uswah hasanah’, teladan terbaik bagi setiap manusia.
Berikut ini, ada beberapa teladan di
antara sekian banyak teladan yang dicontohkan Rasulullah SAW bagi kita
umatnya, dalam hal muamalah dan mengisi kehidupan di masyarakat.
Sebagai kepala keluarga
Rasulullah SAW adalah tokoh yang berhasil
membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Sikap Rasulullah
SAW terhadap istrinya tercermin dalam ungkapan beliau, bahwa
sempurnanya iman seorang Mukmin adalah yang paling baik akhlaknya. Dan
sebaik-baik seorang Mukmin adalah yang paling baik terhadap istrinya.
Sebaliknya, Rasulullah SAW juga mengajarkan kepada wanita bagaimana
seharusnya berlaku baik terhadap suami.
Waktu mendidik anak, Rasulullah SAW
berpesan, “Didiklah anak-anakmu untuk bisa melakukan shalat. Biasakan
mereka melakukan kebaikan. Sebab, kebaikan itu (karena) kebiasaan.” (HR.
Baihaqi).
Dalam kesehariannya, Rasulullah SAW pernah
menambal bajunya sendiri, memerah susu kambingnya dan mengerjakan
sendiri pekerjaan rumahnya. (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Sebagai da’i dan ulama
Rasulullah
SAW juga merupakan seorang ulama yang tekun ibadah. Satu riwayat
menyebutkan, bahwa kaki beliau pernah mengalami bengkak di saat beliau
banyak melakukan shalat dan khalwat.
Rasulullah SAW juga selaku da’i yang
cekatan, tidak mengenal lelah dan sabar. Dalam sebuah penyiarannya di
Kota Thoif menjelang Isra Mi’raj, penyiaran beliau disambut dengan
lemparan batu dan potongan besi sehingga beliau luka parah dan
berdarah-darah. Namun, bukannya marah atau sakit hati, beliau justru
berdoa untuk kebaikan warga Thoif:
“Yaa Allah! Jangan Kau turunkan siksa
kepada mereka yang melempariku. Sebab mereka bukan orang jahat, tetapi
mereka adalah orang-orang yang belum tahu bahwa aku adalah Rasul-Mu.
Tunjukkan mereka kepada jalan-Mu yang benar dan ampunilah mereka serta
sayangi mereka.” Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW melakukan
penyiaran dengan sabar dan pemaaf.
Penyiaran Rasulullah SAW pun tidak hanya
dengan lisan, melainkan juga melalui tulisan. Beliau mengirim surat
kepada raja-raja dan pejabat-pejabat negara yang penting. Misalnya, Raja
Najasyi bernama Asyimah di Habsyi, Raja Hiraqlius (Raja Rum), yang
kedua-duanya menyambut baik surat Rasulullah SAW itu. Bahkan Najasyi
memeluk Islam saat ia menerima surat itu.
Sebagai pebisnis, pedagang dan petani
Salah satu ajaran Rasulullah SAW dalam
berdagang adalah melarang adanya pemalsuan, termasuk di dalamnya
mengurangi timbangan. Dalam berdagang dan berbisnis, Rasulullah SAW
sangat menekankan nilai kejujuran. Beliau bersabda, “Saudagar yang jujur
dan dapat dipercaya akan dimasukkan ke dalam golongan para nabi,
orang-orang jujur dan para syuhada’.” (HR. Tirmidzi).
Secara tegas, Rasulullah SAW melarang
saling hasad, tipu-menipu, saling merebut membeli atau menjual (barang)
yang sedang atau hendak dibeli atau dijual oleh orang lain. Rasulullah
SAW pun melarang berjual beli dengan cara melemparkan batu dan menipu
(HR. Muslim). Rasulullah SAW menyeru umatnya untuk tidak mencegat barang
dagangan sebelum sampai di pasar (HR. Bukhari dan Muslim). Selain itu,
dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW mengutuk riba, orang yang
membayarnya, orang yang menerimanya dan dua orang saksinya. Rasulullah
SAW mengatakannya sebagai orang yang sama.
Sementara
dalam bidang pertanian, Rasulullah SAW pernah menyatakan dalam salah
satu haditnya menanam bibit pohon (kurma), meskipun diketahui esok akan
terjadi kiamat.
Sebagai prajurit dan panglima
Rasulullah SAW adalah sosok pahlawan dalam
peperangan dan sebagai prajurit yang gagah perwira. Tidak kurang dari
37 kali pertempuran pada masa kepemimpinan beliau. Tiga puluh lima kali
di antaranya langsung dipimpin oleh beliau sendiri.
Dalam berperang, beliau mengajarkan supaya
memerangi orang-orang yang menyerang terlebih dahulu, tetapi tidak
boleh berlebihan. Jika pihak penyerang menghentikan permusuhannya, maka
tidak ada permusuhan lagi, kecuali terhadap orang dhalim. Sebaliknya,
jika pihak yang menyerang itu bertindak melampau batas, maka hendaklah
dibalas dengan tindakan seimbang. (QS. Al Baqarah: 190-194).
Sebagai anggota masyarakat
Selaku anggota masyarakat, Rasulullah SAW
banyak mengajarkan bagaimana hidup bermasyarakat. Beliau pernah
bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat
bagi manusia lainnya.” (HR. Muslim). “Barangsiapa beriman kepada Allah
dan hari akhir, maka hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hendaklah
memuliakan tamunya.” (HR. Muslim).
Masih banyak teladan yang dicontohkan
Rasulullah SAW kepada kita. Tentu kita tidak akan bisa menemukan
keseluruhannya di sini. Satu hal yang dapat kita lakukan mulai saat ini,
kita bisa mulai mengeterapkannya sesuai dengan aktifitas dan profesi
kita masing-masing, atas dasar lillah-billah, lirrasul-birrasul dan
lilghauts-bilghauts. Wallahu a’lam.
0 comments: